Halaman

Jumat, 31 Januari 2014

Di Bawah Naungan Al - Qur'an


"Hidup di bawah naungan Al-Qur’an adalah sebuah kenikmatan, kenikmatan yang hanya diketahui oleh orang telah merasakannya.."
Demikian Ustadz Sayyid Quthub mengungkapkan hal tersebut dalam karya terbesarnya Fi Zhilalil Qur’an (di Bawah Naungan Al-Qur’an).
Hamasah (semangat) Umat Islam khususnya di tanah air tercinta untuk belajar Al-Qur’an begitu pesat. Tentunya fenomena ini adalah sebuah pertanda baik akan munculnya generasi Rabbani yang dalam bahasa Sayyid Quthub Jil Qur’ani farid (Generasi Qur’an yang Unik).
Harapan Negara ini akan menjadi Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur (Negeri yang baik dan Tuhan Yang Maha Mengampuni) akan semakin terasa.
Pembelajaran Al-Qur’an yang terlihat selama ini kebanyakan baru hanya terbatas pada bagaimana seorang muslim/muslimah dapat melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan suara indah.

Memang ini suatu kemajuan yang patut disyukuri bersama bahwa semangat belajar membaca Al-Qur’an sudah merambah ke berbagai tempat dan kalangan.
Namun alangkah indahnya bilamana kita memahami bahwa ada beberapa langkah untuk membentuk generasi Qur’an yang Unik, genarasi yang selalu hidup di bawah naungan Al-Qur’an :
Pertama, Tilawah mujawwadah. Yaitu membaca Al-Qur’an dengan benar sesuai hukum tajwid yang berlaku. Allah SWT berfirman :

“Dan bacalah Al-Qur’an dengan tartil” (Q.S. Al-Muzzammil : 4)

Imam ibnu Al-Jazri dalam bait syairnya mengatakan :

"Membaca Al-Qur’an dengan tajwid hukumnya wajib
Siapa yang membaca Al-Qur’an tanpa tajwid maka dia berdosa
Karena Allah menurunkannya dengan tajwid"

Dan demikian pula sampai kepada kita
Kedua, hifzhul Alfazh. Menghafal ayat-ayat suci Al-Qur’an. Langkah ini akan lebih efektif bila kita memulainya setelah bacaan Al-Qur’an kita sudah baik dan tentunya harus dengan bimbingan seorang penghafal Al-Qur’an.
Menghafal Al-Qur’an sangat mudah sekali, karena memang Allah SWT telah menjamin hal ini, dalam surat Al-Qamar dalam empat ayat yang berbeda (ayat : 17, 22, 32, 40) secara tegas Allah SWT berfirman :

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajara (diingat), maka adakah orang yang mengambil pelajaran”.

Ketiga, Hifzhul Ma’ani. Tahapan ini adalah bagaimana seorang penghafal Al-Qur’an dapat memahami ayat-ayat yang sudah dihafalnya. Alangkah baiknya hal ini dilakukan setiap kali ketika akan menghafal. Karena dengan demikian ia akan lebih mudah menghafal karena telah memahami kandungannya.
Keempat, Hizhul A’mal.  yaitu membiasakan diri kita agar selalu terjaga dalam mengamalkan isi Al-Qur’an. Sehingga bila mana seorang yang selalu berinteraksi dengan Al-Qur’an kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-harinya maka seakan dia adalah Al-Qur’an berjalan. Salah satu ungkapan terindah yang pernah dilontarkan oleh A’isyah adalah akhlak Rasulullah SAW adalah Al-Qur’an.
Kelima, Ta’limul Qur’an. Mengajarkan dan memasyarakatkan Al-Qur’an kepada orang lain. Rasulullah SAW bersabda :

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mengajarkan Al-Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari)

Dengan demikian bila kelima hal tersebut diatas dapat dilaksanakan, maka kita akan merasakan nikmatnya hidup di bawah naungan Al-Qur’an, kenikmatan yang hanya diketahui oleh orang telah merasakannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar